Science

Chat GPT atau Artificial Intelligence Punya Banyak Kelemahan, Ia Tak Memiliki Hati

tekno.fin.co.id - 23/03/2023, 20:59 WIB

Robot dengan kecerdasan buatan. ANTARA/Shutterstock/am

Rasa Jadi Kelemahan AI

Pakar teknologi AI yang juga pencipta aplikasi Drone Emprit, Ismail Fahmi, justru menilai unsur “rasa” pada manusia bisa menjadi kelemahan.

Karena memiliki rasa, manusia mengalami berbagai emosi yang membuatnya tidak maksimal dalam menjalankan pekerjaannya, kemudian digantikan oleh robot yang tidak “baperan”.

“Akan tetapi, yang namanya perasaan, atensi itu untuk spesifik tugas tertentu, itu bisa diganti ya,” terang Fahmi.

BACA JUGA: Luar Biasa! ChatGPT Open AI Lulus Ujian Dokter di Amerika, Begini Cara Daftar dan Gunakan Chat GPT

Pendiri Media Kernels Indonesia itu lantas mencontohkan sebuah panti jompo di luar negeri, yang mana para penghuninya lebih nyaman ditemani robot.

“Mereka bisa nyaman dengan robot. Robotnya sudah bisa diajak ngomong. Apalagi robot ChatGPT sekarang itu knowledge-nya luar biasa.”

Sementara bila ditemani perawat manusia, memang manusia memiliki empati, tapi dengan juga mempunyai emosi terkadang membuatnya tidak sabar sehingga tidak bisa berlama-lama menemani pasien, misalnya.

Padahal merawat orang jompo perlu kesabaran tinggi, dan ternyata robot bisa melakukan tugas itu dengan baik dan profesional.

Menurut lulusan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, karena AI-nya meng-index knowledge seluruh dunia, tidak mengherankan robot ChatGPT bisa menjadi teman yang asyik untuk mengobrol.

Sementara di bidang industri seni, dengan kecanggihan teknologi AI yang terus berkembang pesat, Fahmi khawatir manusia akan menjadi seperti zombie, karena dengan skill yang biasa saja dia bisa menghasilkan karya yang luar biasa berkat bantuan AI.

Dia sependapat dengan kekhawatiran Yuval Noah Harari (sejarawan Israel) bahwa kehadiran AI akan menciptakan manusia-manusia useless.

“Yang kita khawatirkan manusia jadi malas belajar. Menggantungkan kepada AI itu karena segala macam dimudahkan oleh AI,” kata Fahmi.

Lantas doktor Sains Informatika lulusan Universitas Groningen Belanda ini menyarankan SDM di Indonesia terus mengatasi ketertinggalan, beradaptasi dengan kemajuan teknologi, agar tidak tergerus dan tergantikan oleh AI.

“Bagaimana AI mem-empower kita, sebetulnya berpikirnya gitu ya. Bagaimana memang menggunakan AI untuk mem-empower hampir semakin banyak manusia. Makanya di sini orang yang advance bisa lebih harus catch up, lebih tinggi lagi.”

Admin
Penulis