Tips n Trik . 09/08/2025, 18:55 WIB
Penulis : Ari Nur Cahyo | Editor : Ari Nur Cahyo
fin.co.id - Amazon Web Services (AWS) baru-baru ini merilis hasil riset terbaru tentang penggunaan kecerdasan buatan (AI) di Indonesia.
Hasilnya? AI memang makin populer, tapi ternyata ada jurang yang makin lebar antara perusahaan rintisan (startup) dan perusahaan besar dalam hal pemanfaatannya.
Studi bertajuk Unlocking Indonesia’s AI Potential, hasil kolaborasi AWS dengan lembaga riset Strand Partners, menyurvei 1.000 pelaku bisnis dan 1.000 masyarakat umum dari berbagai wilayah Indonesia.
Dari riset itu terlihat jelas bahwa startup bergerak jauh lebih cepat dalam mengadopsi AI dibandingkan perusahaan besar yang lebih lamban dan cenderung konservatif.
Padahal, kecepatan dalam berinovasi ini bisa berujung pada ketimpangan ekonomi digital jika tidak segera ditangani. Menurut Nick Bonstow, Direktur Strand Partners, tren ini bisa jadi peringatan dini.
“Sekilas, angka adopsi AI terlihat mengesankan. Tapi kenyataannya, banyak bisnis masih berada di tahap permulaan. Ini bukan hanya soal teknologi, tapi strategi,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 7 Agustus 2025.
Di tahun 2024 saja, sekitar 5,9 juta bisnis di Indonesia sudah menggunakan AI, atau setara lebih dari 10 bisnis per menit.
Totalnya, sekitar 18 juta bisnis atau 28% dari keseluruhan usaha di Indonesia telah memanfaatkan teknologi AI, dengan tingkat pertumbuhan tahunan mencapai 47%.
Namun, hanya 11% yang sudah masuk kategori pengguna menengah, dan hanya 10% yang benar-benar menjadikan AI sebagai bagian utama dari strategi bisnis mereka. Sisanya, sekitar 76%, masih memakai AI untuk hal-hal dasar seperti otomatisasi tugas rutin dan efisiensi proses.
Startup terlihat lebih progresif. Sekitar 52% startup sudah menggunakan AI, dan menariknya, 34% di antaranya sudah meluncurkan produk baru yang benar-benar berbasis AI.
Bandingkan dengan perusahaan besar, di mana hanya 41% yang mulai mengadopsi AI, dan cuma 21% yang berhasil menghasilkan produk atau layanan baru dari teknologi ini. Yang lebih memprihatinkan, hanya 22% perusahaan besar yang punya strategi AI yang matang.
AI Tingkatkan Pendapatan, Tapi SDM Masih Jadi PR Besar
Riset ini juga menunjukkan bahwa manfaat AI bukan sekadar teori. Sebanyak 59% bisnis yang memakai AI mengklaim ada peningkatan pendapatan sekitar 16% rata-rata, dan 64% lainnya mengaku mendapat efisiensi biaya hingga 29%.
Namun, kendala terbesar justru datang dari sisi sumber daya manusia. 57% bisnis mengatakan kekurangan talenta digital jadi hambatan utama mereka dalam memperluas penggunaan AI.
Ironisnya, hanya 21% pelaku usaha yang merasa SDM mereka saat ini sudah siap menyambut masa depan berbasis AI, padahal diprediksi bahwa 48% pekerjaan di masa depan akan menuntut pemahaman terhadap AI.
Teknologi AI memang menjanjikan dan mulai menjalar ke berbagai sektor di Indonesia. Tapi untuk benar-benar memaksimalkan potensinya, dibutuhkan lebih dari sekadar adopsi teknologi.
PT.Portal Indonesia Media